Senin, 23 Maret 2015

Takut jatuh cinta - part 3








A Teen Story - Cerita remaja

Siapa menyangka, jika menanam bunga akan sama seperti jatuh cinta. Menanam benih-benihnya, lalu menunggu dengan tulus, walau kita tau prosesnya akan lama tapi kita selalu merawatnya dengan baik tapi nanti pasti akan dibalas dengan keidahan bukan?  Lalu, sama halnya dengan ulat. Menjijikan memang awalnya, tapi bagaimanapun ia pasti akan berubah menjadi kupu-kupu. dan siapa yang bisa mengelak akan keindahaanya? 


Pelajaran pertama hari ini telah usai, seperti biasanya pasti teman-teman laki-laki olivia akan keluar kelas apalagi di pelajaran kedua sedang tidak ada guru yang mengajar. Alasannya ada acara mendadak. Sungguh alasan yang tidak logis, batin olivia. olivia adalah anak salah satu pemegang saham terbesar di sekolah swasta ini. Tapi olivia tak pernah sombong. Bahkan ia akan marah kalau teman-temannya ada yang mengungkit soal kepemilikan saham ayahnya itu.


Oliviaaa…” Panggil Aca salah satu sahabat baru olivia yang sedang berada di depan papan tulis

“What’s up?” Tanya olivia sambil bangun dari tempat duduknya dengan malas.

“Sini doong. Biasanya juga paling heboh lo”  nayla menambahkan

“Iyaaa, jangan galau mulu dong. Emang lo kenapa sih?” Tanya Zahra yang baru bergabung dengan nayla sarah dan Aca

“Yeee galau dari mana?” kata olivia yang juga baru duduk bersama mereka.

“Dari sininiih. Haha eh mending kita main aja yuk. Main apakee gitu” Usul sarah

“boleh. Boleh” Jawab nayla.

“Main kejar-kejaran aja” sekarang giliran Aca yang memberikan usulnya

“Yaudah yuukkk” jawab olivia dan Zahra serempak dan yang lain hanya mangguk-mangguk.

Gapapadeh buat ngilangin stress mikirin cowo haha, batin olivia yang ternyata menjadi batin Zahra juga saat itu.


Terkadang olivia sarah Zahra nayla dan Aca memang masih terlihat seperti anak kecil tapi, sebenarnya sikap mereka juga sudah cukup terlihat dewasa ko. Mungkin karena memang baru beberapa bulan menjadi siswi SMA, dan mungkin mereka juga merindukan masa-masa kecil mereka yang suka bermain lari-larian apalagi olivia.

~

“Ayoo kaa tangkep Piaa, haha” Gadis kecil itu terus berlari-lari mengelilingi taman yang ada dikomplek perumahannya

“Ehh kamuu awas yaa nanti kalau ketangkep. Gaakan kaka lepasin” teriak seorang bocah laki-laki dari sisi lain taman yang cukup luas itu.

“Ihh bodoo Pia gatakut weekk” kata Gadis tadi sambil terus berlari sambil memalingkan wajah kebelakang dan memeletkan lidah kecilnya.

Piaa… awasss jatoh itu ada ba….” teriak bocah laki-laki tadi sambil terus berlari.

Brukk

Dan benar saja, gara-gara keteledoran gadis kecil tadi ia akhirnya terjatuh akibat tersandung batu yang cukup besar. Lalu gadis itu duduk dengan posisi dengkul yang di lipat ke dada dan menenggelamkan wajahnya kedalam sana. Gadis itu menangis tersedu-sedu. Sepertinya kaki kecil gadis itu terluka.


Bocah laki-laki tadi langsung menghampiri gadis kecil ini. Dan mengusap punggungnya lembut.

Pia jangan nangis yaa. Kata mamanya aku, kalau kita nangis nanti pas sudah besar wajah kita jadi jelek. Pia gamaukan jadi jelek. aku aja jarang nangis, karna aku gamau jadi jelek. akukan ganteng. Hehe udah yaa pia jangan nangis pia kan cantik” Kata bocah laki-laki tadi sambil terus menenangkan gadis yang terjatuh tadi.

“HEHE emang pia cantik ya ka?” Tanya gadis yang terlihat masih sangat polos itu dengan malu-malu.

“nah gitu dong. Kalo pia senyum kan bisa terlihat lebih baik. Iya dong kamu cantik. Cantik banget lagi hehe” 

“HEHE tapi kaka ian ngga boongin pia kan? pia janji deh gabakal nangis lagi”

“ya engga dong pia. aku gaakan boongin kamu. aku akan selalu ada buat kamu. aku juga janji sama pi” jelas bocah laki-laki tadi sambil menunjukan jari tengah dan jari telunjuknya yang kemudian terbentuk huruf V sambil tersenyum yang lalu dibalas dengan senyuman dari gadis kecil dihadapannya.

~


Tiba-tiba


olivia berhenti mendadak tepat samping pintu yang terbuka. Ternyata ada sosok lain yang sedang berjalan tergesa-gesa ingin masuk kelas yang hampir menabraknya. Jarak olivia dengan seseorang yang ternyata rakka itu hanya sebatas beberapa senti meter. Dekat sekali. 

olivia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengannya tetapi ia malah terdiam agak lama. Sebenarnya tadi ia ingin sekali berteriak sekeras mungkin dan mengeluarkan segala sumpah serapahnya kepada orang hampi saja menabraknya ini, namun tiba-tiba ia merasa seperti bisu. Lidahnya kelu, tidak dapat mengucapkan satu kata apapun. Tubuhnya menegang dan terasa panas, tentu saja jantungnya terasa sudah sangat melebihi batas normal berdetak. Sangat cepat, mungkin bahkan terlalu cepat. Begitu juga dipadukan dengan aliran darahnya yang seakan akan tidak beres, seakan berantakan. olivia merasa lemas tubuhnya kaku. Seperti ingin mati.


Begitu juga dengan rakka. Tubuhnya juga terasa kaku, namun terlihat tetap tenang walau expresinya terlihat agak tegang. Dua lingkaran beningnya bertumbukan langsung dengan punya olivia. rakka merasakan sesuatu, seuatu yang mendorong matanya untuk terus menggali lebih dalam lingkaran bening milik olivia yang secara tidak langsung menandakan akan sesuatu. Sesuatu yang ada di hati gadis didepannya ini, cinta.

“CIEE OLIVIA RAKKA HAHAHA OLIVIA PIPINYA MERAH TUH” kata Ray yang sedang duduk diatas meja tepat di sebelah pintu tempat rakka dan olivia hampir bertabrakan.

“Heh, apaasih Ray! Galucuuu ihh” olivia yang tersadar langsung menghampiri Ray dan mencubitnya gemas.

“aduhh sakit livv. Ih galak banget sih aw aw” kata Ray sambil memajukan bibirnya sok imut dan terus menepis tangan olivia yang sedang mencubit tangan Ray dengan sangat amat gemas.

“Bodooo…… awas lo bilang bilang” Ancam olivia sambil menunjukan jarinya yang sudah siap untuk mencubit Ray lagi.

“Iya ihhh galaak loo” ejek Ray


olivia membalikkan badannya dan berniat untuk mengomeli rakka yang hampir saja membuat dia mati itu. Tapi saat tubuhnya sudah berbalik sempurna ternyata rakka sudah tidak ada di tempatnya. Tadi saat olivia bertengkar dengan Ray dengan santainya ia masuk kelas. Seperti tidak habis merasakan sesuatu. olivia yang masih merasakan dadanya berdegup  -terlalu- kencang dengan langkah gontai menju bangkunya. Berharap mendapatkan ketenangan setelah ia duduk nanti.

“Woiiiiiiiiiiiiii…………” kata-kata nayla yang sudah duduk diatas meja olivia tiba-tiba membuat olivia terkesiap.

“ha? Apaan deh nay?” Tanya olivia sambil membenahkan ekspresinya seakan tidak terjadi apa-apa tadi, seakan semuanya biasa saja.

“Lo kenapa sih?”

“ha? Kenapa apanya? Gue gapapa”

Oliv…..Olivv…. mulut lo mungkin emang bisa nutupin sesuatu. Tapi wajah sama mata lo ngga. Dari tadi senyum-senyum gitu dibilang gapapa. Mata lo juga tuh. Seneng banget kayanya”

‘segitu gampangnya kah nayla bisa mengetahui perasaan gue? nayla ini anaknya detektif kali yaa.. atau memang mata dan wajah gue yang mudah terbaca. Aneh. Sungguh aneh’ batin olivia sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Entah dia lupa atau bagaiman kalau dihadapannya masih ada nayla.

“Noh kan! Udah gila kali ni anak. WOY OLIVIA ANASTASYA!”

“Iyaaa… Apaan deh nay. Ih teriak-teriak aja”

“Gila lo. Ckck” kata nayla menggelengkan kepalanya 2 kali. “terserah lo deh mau ceita apa engga. Gua yakin sih yaa lo bakalan bener-bener gila. G-I-L-A!” kata nayla sarkatis menekankan kata gila. Sebenernya ia tidak ingin membentak olivia, tapi ia benar-benar khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabat satunya ini. Kadang cemberut sendiri, kadang tersenyum sendiri. Bakan tadi, di depan nayla pun fikirannya masih melayang kemana-mana. Benar-benar olivia ini, batin nayla.

Naylaaaa mah jahaat…. Nyumpahin gue gila. Kalo gue gila beneran gimanaa?” rengek olivia dengan manja sambil memajukan bibir bawahnya kedepan.

“abisnya lo sih!”

 “gue kenapasih? Emang ada yang salah ya?”

OLIVIIAAA ihh. Sumpah yaaaa lo tuh bener-bener”

“Ah nayla maah”

oliv, gue tau. Gue tau nih lo kenapa”

“emang kenapa?”

“loooo lagi jatuh cinta kan? Mm.. sama Rakka? Ngaku lo!” kata nayla. Tepat. Sangat tepat!

“ssstttt.. nay ih pelan-pelaaan. Iya iya gue ngaku deeh. Tapi jangan bilang-bilang ke sarah, Zahra, sama Aca dulu yaaa please!” kata olivia memohon pada nayla.

“kenapa? Mereka harus tau oliv…..”

“jangan sekarang” jawab olivia sambil menundukan wajah.

“Apanya hayoo yang jangan sekarang? Haha” terdengar suara lain dari balik badan Shilla. sarah. Yap. Pemilik bangku disebelah olivia sekaligus sahabat lamanya.

“tuh temen sebangku lo sar. “ kata nayla sambil menujuk olivia

Piaaa…. What happen?” Tanya sarah

“nothing” jawab olivia pelan.

“whatever” kata nayla dengan nada sinis lalu meninggalkan sarah dan olivia.

*


 Aku bertanya pada bintang-bintang di gemerlap malam apakah ia dapat melihan perbedaan pada diriku. Aku juga bertanya pada rumput yang bergoyang tertiup angin-angin malam apakah aku berubah. Tapi jawaban mereka sama. Diam. Ada apa denganku?


Pagi ini matahari cukup terik, sinarnya mampu membuat semua orang merasa tak nyaman ingin sekali rasanya pindah ke kutub utara saat ini juga. Begitu juga dengan olivia ia sangat merasa tak nyaman. Tapi bukan karena panas matahari yang sedang tak bersahabat itu. Tapi karena hatinya yang belakangan ini tidak bersahabat. Manja sekali kalau menurut si empunyanya. Tidak salah lagi, ini soal perasaan. Perasaan yang tak pernah ia harapkan. Semakin hari semakin saja membuat perubahan pada hatinya. Bahkan pada seluruh tubuhnya.


Olivia yang biasanya tidak pernah peduli akan keadaan sekitarnya –kecuali penting- kini berubah. ia berubah menjadi sosok yang ingin tau apasaja. Apalagi kalau soal laki-laki yang meberikan perubahan ini, Rakka. Sebenarnya olivia sendiri sadar. Perubahan ini bukan diakibatkan oleh otaknya melainkan hatinya. olivia sering kali merasakan dadanya dihantam berulang kali oleh bebatuan yang amat sangat berat saat melihat Rakka bermain, bercanda, tertawa, dan segalanya bersama perempuan lain selain dia, sesak. Itu yang ia rasakan berulang-ulang kali.


Mungkin ini yang namanya cinta?, batin olivia. Ia mengernyit sebentar, lalu mengerutkan dahinya. Mengapa begitu rumit?, batinya lagi-lagi sambil melakukan hal yang sama seperti tadi. Setiap hatinya bertaya-tanya ia selalu melakukan hal itu.  Ia terlihat sangat bingung. Entah, entah sampai kapan ia akan mendapatkan jawaban akan setiap pertanyaannya.

Pia, lo napadah? Jidat lo dikerut-kerutin gitu. Mau tua lo? Haha” Tanya sarah yang sedari tadi bingung sendiri melihat tingkah sahabat lamanya ini.


olivia terlonjak, kaget mendengar suara sarah. Gara-gara memikirkan hal bodoh tadi ia sampai lupa kalau ia sedang ada disekolah dan sedang belajar dikelasnya. “eee apaan dah lo sar engga engga” jawab olivia

“wooohh Piaaa bener nih kata nayla, ada something….. cerita doonggg” pinta sarah yang membuat olivia sedikit kaget.

“ssstttt ada guru tauuu” kata olivia setengah berbisik dan telunjuknya membentuk angka satu yang diletakan di bibir.

“iyaa iyaa makanyaa ceritaa”

“kalo gue gamau?”

“Lo jahat.”

“Yahh sarah bukan gituuu. Tapi iniii so-”

“Ayo semuanya kerjakan soal dipapan tulis. DIKUMPULKAN HARI INI.  Waktu kalian hanya 20 menit.   Jangan ribut” perintah guru Matematika yang sedang mengajar dikelas olivia –kelas sarah juga- yang membuat omongan olivia terhenti

“udah ah nanti aja sar. Tuh disuruh ngerjain. Susah tau itu” kata olivia yang sedikit lega karena  ada yang membuat dia untuk membatalkan ceritanya pada sarah

“aelah Piia…….”

“nanti lo juga tausih”



                                                                                +++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar