Siapa menyangka, jika menanam bunga
akan sama seperti jatuh cinta. Menanam benih-benihnya, lalu menunggu dengan
tulus, walau kita tau prosesnya akan lama tapi kita selalu merawatnya dengan
baik tapi nanti pasti akan dibalas dengan keidahan bukan? Lalu, sama halnya dengan ulat. Menjijikan
memang awalnya, tapi bagaimanapun ia pasti akan berubah menjadi kupu-kupu. dan
siapa yang bisa mengelak akan keindahaanya?
Pelajaran pertama hari ini telah
usai, seperti biasanya pasti teman-teman laki-laki olivia
akan keluar kelas apalagi di pelajaran kedua sedang tidak ada guru yang
mengajar. Alasannya ada acara mendadak. Sungguh alasan yang tidak logis, batin olivia.
olivia adalah anak salah satu pemegang saham terbesar di sekolah
swasta ini. Tapi olivia tak pernah sombong. Bahkan ia akan marah kalau
teman-temannya ada yang mengungkit soal kepemilikan saham ayahnya itu.
“Oliviaaa…”
Panggil Aca salah satu sahabat baru olivia yang
sedang berada di depan papan tulis
“What’s up?” Tanya olivia
sambil bangun dari tempat duduknya dengan malas.
“Sini doong. Biasanya juga paling
heboh lo” nayla
menambahkan
“Iyaaa, jangan galau mulu dong.
Emang lo kenapa sih?” Tanya Zahra yang baru bergabung dengan nayla sarah dan Aca
“Yeee galau dari mana?” kata olivia
yang juga baru duduk bersama mereka.
“Dari sininiih. Haha eh mending kita
main aja yuk. Main apakee gitu” Usul sarah
“boleh. Boleh” Jawab nayla.
“Main kejar-kejaran aja” sekarang
giliran Aca yang memberikan usulnya
“Yaudah yuukkk” jawab olivia
dan Zahra serempak dan yang lain hanya mangguk-mangguk.
Gapapadeh buat ngilangin stress
mikirin cowo haha, batin olivia yang ternyata
menjadi batin Zahra juga saat itu.
Terkadang olivia sarah Zahra nayla
dan Aca memang masih terlihat seperti anak kecil tapi, sebenarnya
sikap mereka juga sudah cukup terlihat dewasa ko. Mungkin karena memang baru beberapa
bulan menjadi siswi SMA, dan mungkin mereka juga merindukan
masa-masa kecil mereka yang suka bermain lari-larian apalagi olivia.
~
“Ayoo kaa tangkep Piaa, haha” Gadis kecil itu terus
berlari-lari mengelilingi taman yang ada dikomplek perumahannya
“Ehh kamuu awas yaa nanti kalau
ketangkep. Gaakan kaka lepasin” teriak seorang bocah laki-laki dari sisi lain
taman yang cukup luas itu.
“Ihh bodoo Pia gatakut weekk” kata Gadis tadi sambil terus berlari sambil
memalingkan wajah kebelakang dan memeletkan lidah kecilnya.
“Piaa… awasss jatoh itu ada ba….” teriak bocah laki-laki tadi
sambil terus berlari.
Brukk
Dan benar saja, gara-gara
keteledoran gadis kecil tadi ia akhirnya terjatuh akibat tersandung batu yang
cukup besar. Lalu gadis itu duduk dengan posisi dengkul yang di lipat ke dada
dan menenggelamkan wajahnya kedalam sana. Gadis itu menangis tersedu-sedu.
Sepertinya kaki kecil gadis itu terluka.
Bocah laki-laki tadi langsung
menghampiri gadis kecil ini. Dan mengusap punggungnya lembut.
“Pia jangan nangis yaa. Kata mamanya aku, kalau kita nangis nanti
pas sudah besar wajah kita jadi jelek. Pia gamaukan jadi jelek. aku aja jarang nangis, karna aku gamau
jadi jelek. akukan ganteng. Hehe udah yaa pia jangan nangis pia kan
cantik” Kata bocah laki-laki tadi sambil terus menenangkan gadis yang terjatuh
tadi.
“HEHE emang pia cantik ya ka?” Tanya gadis yang terlihat masih sangat polos
itu dengan malu-malu.
“nah gitu dong. Kalo pia senyum kan bisa terlihat lebih baik. Iya dong kamu cantik.
Cantik banget lagi hehe”
“HEHE tapi kaka ian ngga boongin pia
kan? pia janji deh gabakal nangis lagi”
“ya engga dong pia. aku gaakan boongin kamu. aku akan selalu ada buat kamu.
aku juga janji sama pi” jelas bocah
laki-laki tadi sambil menunjukan jari tengah dan jari telunjuknya yang kemudian
terbentuk huruf V sambil tersenyum yang lalu dibalas dengan senyuman dari gadis
kecil dihadapannya.
~
Tiba-tiba
olivia berhenti mendadak tepat samping
pintu yang terbuka. Ternyata ada sosok lain yang sedang berjalan tergesa-gesa
ingin masuk kelas yang hampir menabraknya. Jarak olivia dengan seseorang yang ternyata rakka
itu hanya sebatas beberapa senti meter. Dekat sekali.
olivia merasa ada sesuatu yang tidak beres
dengannya tetapi ia malah terdiam agak lama. Sebenarnya tadi ia ingin sekali
berteriak sekeras mungkin dan mengeluarkan segala sumpah serapahnya kepada
orang hampi saja menabraknya ini, namun tiba-tiba ia merasa seperti bisu.
Lidahnya kelu, tidak dapat mengucapkan satu kata apapun. Tubuhnya menegang dan
terasa panas, tentu saja jantungnya terasa sudah sangat melebihi batas normal
berdetak. Sangat cepat, mungkin bahkan terlalu cepat. Begitu juga dipadukan
dengan aliran darahnya yang seakan akan tidak beres, seakan berantakan. olivia
merasa lemas tubuhnya kaku. Seperti ingin mati.
Begitu juga dengan rakka.
Tubuhnya juga terasa kaku, namun terlihat tetap tenang walau expresinya
terlihat agak tegang. Dua lingkaran beningnya bertumbukan langsung dengan punya
olivia. rakka merasakan sesuatu, seuatu yang
mendorong matanya untuk terus menggali lebih dalam lingkaran bening milik olivia
yang secara tidak langsung menandakan akan sesuatu. Sesuatu yang ada di hati
gadis didepannya ini, cinta.
“CIEE OLIVIA RAKKA HAHAHA OLIVIA PIPINYA MERAH TUH” kata Ray yang sedang duduk
diatas meja tepat di sebelah pintu tempat rakka
dan olivia hampir bertabrakan.
“Heh, apaasih Ray! Galucuuu ihh” olivia
yang tersadar langsung menghampiri Ray dan mencubitnya gemas.
“aduhh sakit livv. Ih galak banget
sih aw aw” kata Ray sambil memajukan bibirnya sok imut dan terus menepis tangan
olivia yang sedang mencubit tangan Ray dengan sangat amat gemas.
“Bodooo…… awas lo bilang bilang”
Ancam olivia sambil menunjukan jarinya yang sudah siap untuk mencubit
Ray lagi.
“Iya ihhh galaak loo” ejek Ray
olivia membalikkan badannya dan berniat
untuk mengomeli rakka yang hampir saja membuat dia mati itu. Tapi saat
tubuhnya sudah berbalik sempurna ternyata rakka
sudah tidak ada di tempatnya. Tadi saat olivia bertengkar
dengan Ray dengan santainya ia masuk kelas. Seperti tidak habis merasakan
sesuatu. olivia yang masih merasakan dadanya berdegup -terlalu- kencang dengan langkah gontai menju
bangkunya. Berharap mendapatkan ketenangan setelah ia duduk nanti.
“Woiiiiiiiiiiiiii…………” kata-kata nayla
yang sudah duduk diatas meja olivia tiba-tiba
membuat olivia terkesiap.
“ha? Apaan deh nay?”
Tanya olivia sambil membenahkan ekspresinya seakan tidak terjadi apa-apa
tadi, seakan semuanya biasa saja.
“Lo kenapa sih?”
“ha? Kenapa apanya? Gue gapapa”
“Oliv…..Olivv….
mulut lo mungkin emang bisa nutupin sesuatu. Tapi wajah sama mata lo ngga. Dari
tadi senyum-senyum gitu dibilang gapapa. Mata lo juga tuh. Seneng banget
kayanya”
‘segitu gampangnya kah nayla bisa
mengetahui perasaan gue? nayla ini anaknya
detektif kali yaa.. atau memang mata dan wajah gue yang mudah terbaca. Aneh.
Sungguh aneh’ batin olivia sambil menggeleng gelengkan
kepalanya. Entah dia lupa atau bagaiman kalau dihadapannya masih ada nayla.
“Noh kan! Udah gila kali ni anak.
WOY OLIVIA
ANASTASYA!”
“Iyaaa… Apaan deh nay.
Ih teriak-teriak aja”
“Gila lo. Ckck” kata nayla
menggelengkan kepalanya 2 kali. “terserah lo deh mau ceita apa engga. Gua yakin
sih yaa lo bakalan bener-bener gila. G-I-L-A!” kata nayla
sarkatis menekankan kata gila. Sebenernya ia tidak ingin membentak olivia, tapi
ia benar-benar khawatir dengan apa yang terjadi dengan sahabat satunya ini.
Kadang cemberut sendiri, kadang tersenyum sendiri. Bakan tadi, di depan nayla pun
fikirannya masih melayang kemana-mana. Benar-benar olivia
ini, batin nayla.
“Naylaaaa mah jahaat…. Nyumpahin gue gila. Kalo gue gila beneran
gimanaa?” rengek olivia dengan manja sambil memajukan bibir bawahnya kedepan.
“abisnya lo sih!”
“gue kenapasih? Emang ada yang
salah ya?”
“OLIVIIAAA
ihh. Sumpah yaaaa lo tuh bener-bener”
“Ah nayla
maah”
“oliv,
gue tau. Gue tau nih lo kenapa”
“emang kenapa?”
“loooo lagi jatuh cinta kan? Mm..
sama Rakka? Ngaku lo!” kata nayla. Tepat. Sangat
tepat!
“ssstttt.. nay ih
pelan-pelaaan. Iya iya gue ngaku deeh. Tapi jangan bilang-bilang ke sarah,
Zahra, sama Aca dulu yaaa please!” kata olivia
memohon pada nayla.
“kenapa? Mereka harus tau oliv…..”
“jangan sekarang” jawab olivia
sambil menundukan wajah.
“Apanya hayoo yang jangan sekarang?
Haha” terdengar suara lain dari balik badan Shilla. sarah.
Yap. Pemilik bangku disebelah olivia sekaligus
sahabat lamanya.
“tuh temen sebangku lo sar. “
kata nayla sambil menujuk olivia
“Piaaa….
What happen?” Tanya sarah
“nothing” jawab olivia
pelan.
“whatever” kata nayla
dengan nada sinis lalu meninggalkan sarah dan olivia.
*
Aku bertanya pada
bintang-bintang di gemerlap malam apakah ia dapat melihan perbedaan pada
diriku. Aku juga bertanya pada rumput yang bergoyang tertiup angin-angin malam
apakah aku berubah. Tapi jawaban mereka sama. Diam. Ada apa denganku?
Pagi ini matahari cukup terik,
sinarnya mampu membuat semua orang merasa tak nyaman ingin sekali rasanya
pindah ke kutub utara saat ini juga. Begitu juga dengan olivia
ia sangat merasa tak nyaman. Tapi bukan karena panas matahari yang sedang tak
bersahabat itu. Tapi karena hatinya yang belakangan ini tidak bersahabat. Manja
sekali kalau menurut si empunyanya. Tidak salah lagi, ini soal perasaan.
Perasaan yang tak pernah ia harapkan. Semakin hari semakin saja membuat
perubahan pada hatinya. Bahkan pada seluruh tubuhnya.
Olivia yang biasanya tidak pernah peduli
akan keadaan sekitarnya –kecuali penting- kini berubah. ia berubah menjadi
sosok yang ingin tau apasaja. Apalagi kalau soal laki-laki yang meberikan
perubahan ini, Rakka. Sebenarnya olivia sendiri sadar.
Perubahan ini bukan diakibatkan oleh otaknya melainkan hatinya. olivia
sering kali merasakan dadanya dihantam berulang kali oleh bebatuan yang amat
sangat berat saat melihat Rakka bermain, bercanda, tertawa, dan
segalanya bersama perempuan lain selain dia, sesak. Itu yang ia rasakan
berulang-ulang kali.
Mungkin ini yang namanya cinta?,
batin olivia. Ia mengernyit sebentar, lalu mengerutkan dahinya. Mengapa
begitu rumit?, batinya lagi-lagi sambil melakukan hal yang sama seperti tadi.
Setiap hatinya bertaya-tanya ia selalu melakukan hal itu. Ia terlihat sangat bingung. Entah, entah
sampai kapan ia akan mendapatkan jawaban akan setiap pertanyaannya.
“Pia,
lo napadah? Jidat lo dikerut-kerutin gitu. Mau tua lo? Haha” Tanya sarah
yang sedari tadi bingung sendiri melihat tingkah sahabat lamanya ini.
olivia terlonjak, kaget mendengar suara sarah.
Gara-gara memikirkan hal bodoh tadi ia sampai lupa kalau ia sedang ada
disekolah dan sedang belajar dikelasnya. “eee apaan dah lo
sar engga engga” jawab olivia
“wooohh Piaaa bener nih kata nayla,
ada something….. cerita doonggg” pinta sarah yang membuat olivia
sedikit kaget.
“ssstttt ada guru tauuu” kata olivia
setengah berbisik dan telunjuknya membentuk angka satu yang diletakan di bibir.
“iyaa iyaa makanyaa ceritaa”
“kalo gue gamau?”
“Lo jahat.”
“Yahh sarah
bukan gituuu. Tapi iniii so-”
“Ayo semuanya kerjakan soal dipapan
tulis. DIKUMPULKAN HARI INI. Waktu
kalian hanya 20 menit. Jangan ribut”
perintah guru Matematika yang sedang mengajar dikelas olivia
–kelas sarah juga- yang membuat omongan olivia
terhenti
“udah ah nanti aja sar.
Tuh disuruh ngerjain. Susah tau itu” kata olivia
yang sedikit lega karena ada yang
membuat dia untuk membatalkan ceritanya pada sarah
“aelah Piia…….”
“nanti lo juga tausih”
+++++
Tidak ada komentar:
Posting Komentar