Ketika
kita tahu bahwa semua akan berubah. Kita bisa apa? Kita hanya bisa menantikan
perubahan itu. Kita hanya bisa mengikuti kearah mana perubahan itu
berjalan. Ketika sudah terlalu jauh. Baru kita akan menegurnya, tapi dengan
begitupun semua takkan bisa kembali seperti semula. Seakan-akan semua telah
berlalu, kertas telah menjadi abu, batu telah menjadi pasir. Mau kita lakukan
apapun tak akan pernah bisa berubah. Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Don’t
forget it.
Waktu
terus berjalan. Hari berganti hari dari masa hingga ke masa. Semua hal akan
berubah dengan cepat tanpa seorangpun sadari. Pagi ini matahari terasa terik
sekali, mungkin ia tau hari ini akan menjadi hari yang berbeda buat seorang
perempuan yang tak begitu cantik tapi cukup manis dan juga untuk teman-teman
beruntung yang seumuran dengannya. Tapi aku yakin, buat orang-orang lain pasti
pada merasa kurang semangat. Hmmm… hari “Senin” yap! aku tahu saat aku sebut
hari itu pasti semua akan terpikirkan satu kata, malas. Begitu juga perempuan
tadi, dia malas. Tapi hari ini akan menjadi hari bersejarah buatnya. Hari
dimana pertama kali ia akan mengenakan seragam putih abu-abu.
Yap! Mulai hari ini gadis tadi resmi menjadi murid Sekolah Menengah atas di salah satu sekolah ternama di
kawasan Jakarta. Bunga Cendikia Internasional High School namanya.
Hari
ini dimulai dengan Upacara pagi seperti sekolah-sekolah lainnya lakukan.
Setelah seminggu kemarin ia berusaha susah payah untuk menyelesaikan MOS (Masa
Orientasi Sekolah) bersama teman-teman seperjuangannya. Berjuang untuk memulai
masa –yang kata orang- indah. masa indah itu yaa saat ia mengenakan seragam
putih abu-abu itu saat ini.
Namanya
adalah olivia anastasya yang biasa dipanggil oliv atau pia
–nama kecil yang hanya untuk orang-orang terdekat-. Anak satu-satunya dari
keluarga yang bisa dibilang lebih dari cukup ekonominya.
Upacara
selesai, saatnya untuk masuk ke kelas. Memulai aktifitas sebagai murid SMA.
Memasuki ruang kelas yang masih terasa asing. Wajar, baru satu Minggu kemarin olivia menempati kelas ini. Duduk di barisan
ke tiga dari depan ataupun dari belakang, intinya saat ini posisinya berada
ditengah. Di sebelah bangkunya sudah terlihat teman semeja perempuan itu, sarah namanya. Gadis yang bernama lengkap Sarah azahra itu berwajah tirus. Sangat terlihat
cocok mengenakan seragam putih abu abu dengan blazer
berlambangkan CIHS walau wajahnya terlihat lebih baby face.
Didepan
mejanya bersama sarah terlihat dua cowo yang sudah tidak
terlalu asing bagi olivia. olivia sudah melihat mereka dari pertama ia
masuk ke kelas ini. kelas yang akan menjadi kelasnya sampai waktu satu tahun.
Walau olivia belum pernah kenalan dengan mereka
–teman laki-lakinya tadi-.
Deg.
Ada sesuatu terasa janggal di hati olivia ketika salah satu
dari mereka menengok kebelakang, kearahnya dan sarah.
Dia tersenyum, lalu kembali menghadap depan.
Hari
ini dimulai dengan pelajaran B. Indonesia. Biasa, hanya perkenalan –yang kurang
penting menurut perempuan manis itu- lalu sebelum bel pelajaran berakhir guru
itu sudah menginggalkan kelas. Mungkin ia masih belum ingin memulai pelajaran.
Syukur deh, batinnya.
“eheh
nama lo siapa sih?” Tanya sarah pada salah satu
teman cowo olivia yang berada didepannya, bukan. Bukan
pada cowo yang tadi melemparkan senyum. Tapi pada teman disebelahnya.
“gue
? siapa? Emang mau tau banget yaa?” kata cowo itu nyolot tapi penuh nada
bercanda.
“dih
gaya banget” sergah olivia tiba-tiba. Entah
reflek atau apa. Tiba-tiba ia ingin ikut saja berbicara dengan mereka berdua.
“dia?
Nih buku tulisnya. Baca aja namanya” kata teman sebelahnya menyambar. Yap!
Tepat. Dia cowo yang tadi melemparkan senyumnya pada olivia
–sarah jugasih sebenarnya-
Sarah lalu segera mengambil buku tulis itu.
tapi ternyata ia kurang cepat. Buku itu sudah berada di tangan empunya nya.
sarah mendesah rada kencang “hhh… yaudah
kalo gamau ngasih tau. Just question! And I not need your answer” kata sarah.
“yeeeh
Bejo lo parah deh baru masuk udah bikin orang marah. Cewe lagi” kata teman cowo
disebelahnya.
olivia secara reflek
melongo lalu tertawa kecil. “ha? Namanya Bejo? Buseet….HAHAHA” Kata olivia dangan teramat polos. Lalu tiba-tiba
tawanya tiba-tiba meledak.
“dih
ya Enggalaah. Nama gue tuh Debo bukan bejo. Ah lo kka”
kata si empunya nama protes pada teman disebelahnya. Kka? Siapa namanya? Aduuh
kenapa inii. Kenapa gue jadi begini, kenapa gue jadi penasaran sama sosok cowo
itu, batin olivia.
“Yehahaha
bodo, lagian lo gitu. Orang nanya nama aja gadikasih tau” kata cowo itu telak.
Debo menyerah mengakui kesalahannya.
“Gue sarah. Dan ini sahabat gue olivia” kata sarah
singkat.
“hai
sar,
hai liv.
Gue rakka”
kata cowo yang tadi membuat olivia penasaran. Oooo Rakka
namanya, nama yang cukup asing ditelinganya, Batin olivia
–lagi-.
Tanpa
olivia sadar ia malah senyum-senyum sendiri.
Entahlah, apa maksud senyumnya. Yang pasti senyum itu cukup membuat sarah rakka dan Debo bingung.
“Piaa, lo kenapa dah? Senyam senyum sendiri.
Obat lo abiss? Ha?” Tanya sarah sambil menyenggol
lengan olivia.
Sontak
membuat olivia terhenyak, lalu kembali tersadar. “ha?
Apaandeh? Obat? Obat apaan? Lo sakit sar?” kata olivia yg bingung sendiri. Benar ternyata
tadi olivia sedang bengong dan yang pasti ia sedang
memikirkan sesuatu. Yang sarah tidak tahu. Dan
tidak mencoba untuk tahu.
*
Saat
hati terketuk, dan mengijinkannya masuk. Tanpa kau sadari, kau telah
menguncinya rapat-rapat . Tak akan membiarkan orang lain masuk dan
menyingkirkannya, bahkan tak akan ada yang mampu membuatnya keluar dan
berpindah ke hati lain.
keesokan
harinya.
“yaudah
sih nyantai aja kali” jawab rakka –sedikit- kesal
tetapi dengan nada bercanda pada saat jam pelajaran kedua berlangsung. Kita
sudah akrab. Karna kemarin kita mengobrol sangat panjang “oiya kemaren gue
denger-denger sarah manggil olivia
ko pia
?” Tanya rakka
yang malah membuat obrolan mereka makin seru dan gamerhatiin guru
yang nerangin. olivia sendiri sih tak peduli apa yang
diomongin mereka. Ia lebih memilih untuk mendengarkan penjelasan guru didepan.
“emang
rakka
mau tau banget ? haha” jawab sarah sambil cengengesan
tidak jelas.
“apaansih
sarah.. gue gangomong sama lo yaa gue
ngomongnya sama olivia” jawab rakka
–rada- jengkel dengan jawaban sarah. Lalu menunjuk
kearah gadis yang berusaha tidak peduli dan mendengarkan guru yg menerangkan.
“eh
apaan nunjuk-nunjuk? pia? Oh itumah nama
panggilan gue pas kecil, hmm tapi gue pengen sampe SD aja dipanggil gitu. Karna
sekarang gue bukan anak kecil. Lagi pula nama pia
itu terlalu menyimpan banyak kenangan…” jelas olivia
yang merasa bahwa rakka dan sarah sedang mengobroli dirinya dan nama
panggilan kecilnya kepada rakka dan ia terlihat
menunduk kebawah ketika mengucapkan kalimat terakhirnya lalu ia kembali
memerhatikan guru didepan yang sedang mejelaskan.
Yap.
Memang guru Agama ini rada aneh menurut olivia. Di hari pertamanya
beliau sudah mengajar. Setelah beliau berkenalan sedikit beliau langsung
memberikan materi. Membosankan, batin olivia.
“oh
gituu. Kenapa dipanggilnya pia ? kenapa ngga oliv ? atau anas
mungkin. jangan jangan deh mending tasya? Kenapa harus pia
gaada nyambungnya
sama nama panjang lo ? kenapa coba ?” Tanya rakka
panjang lebar yang malah ngebuat sarah Debo diem ngeliatin rakka
yang dari tadi
heboh sendiri padahal mereka tau olivia juga tak akan peduli
“eheh liatinnya pada biasa aja dong. Sorry kali kalo tadi gue terlalu heboh
hehe” lanjut rakka
yang sadar bahwa dari tadi
sarah dan debo malah diem mendengerkan dia
yang dari tadi ngomong tidak ada jeda sedikit pun.
“haha
rakka
rakka
lo itu cowo tapi kaya cewe yaa mulutnya” kata Debo yang dari diem aja dan
ngebuat mereka tertawa kecil. Tidak terkecuali olivia.
Yang malah ikutan mengobrol dengan teman barunya –kecuali sarah,
karna sarah sahabat lamanya-
“eh
kka. Kata lo kaan nama dia Bejo ya kemaren? Haha berarti elooo BEJAT! Yep. Haha
gimana?” Tanya olivia yang membuat Debo
tertawa agak keras namun terdengar ditahan. Iyalah, gila kali kalo dia berani
tertawa keras saat ada guru mengajar.
“yeeehh
enaak ajaa” kata rakka
mengelak. Tapi ternyata sarah dan Debo malah setuju
kalau rakka
dipanggil bejat. Mmm.. mungkin memang rada aneh terdengar. Bejat? Ha? Itukan
kata lain untuk orang yang jahat. Tapi olivia tak peduli, dan ia
malah merasa senang memberi nama itu pada rakka.
“lo
punya Facebook?” Tanya sarah pada rakka
dan Debo.
“punya.
Namanya search aja rakka sayang …..”
katanya terputus. “eh cari itu ajadeh” lanjutnya
“ciyeee
sayang siapa tuh?” ledek olivia. Deg. Apa-apaan ini.
Rasa janggal itu terasa lagi sekarang. Tapi olivia
mengabaikannya. Masa bodo nanti juga
hilang sendiri, batinnya mencoba tak peduli. Padahal tak bisa dipungkiri bahwa
ia sangat peduli.
*
Tak
akan pernah ada yang dapat merubah aku dan kamu, kecuali kita.
Hari
berganti hari. Setiap harinya ia merasakan sensasi yang berbeda-beda yang belum
pernah ia alami pastinya. Semakin lama semakin menyenangkan, fikir olivia. Tak terasa bahwa sudah hampir satu
bulan ia menjadi murid sekolah berseragam putih abu abu
itu.olivia sempat berfikir sejenak. Akankah
selama ia menjadi murid Sekolah Menengah Atas ia akan terus merasa
senang? Semoga saja.
Awal
yang tidak terlalu buruk ini membuat olivia terlena. Membuat ia
bangga menjadi anak SMA. Tanpa ia sadari
bahwa akan banyak hal lain yang akan terjadi. You-know-lah. Masa SMA
itu seperti apa. Yap. Masa dimana saat seseorang akan tumbuh menjadi dewasa.
Rasa keingin tahuan yang besar. Bukan. Bukan hal yang buruk. Tapi,
tentang C-I-N-T-A. yang pasti dirasakan oleh setiap anak yang akan bertumbuh
dewasa. Tapi dengan cara penyampaian yang berbeda pastinya dari setiap
muda-mudi tersebut.
*
Jangan
pernah terkejut ketika kau merasakan rasa itu ada. kau yang membiarkan ia
masuk. lalu kau juga yang menguncinya rapat-rapat.
Dan
benar saja. Hari ini adalah awal mula mimpi buruk itu terjadi. Tentu saja olivia tak kan sadar. Secara ia sedang tidak
tertidur. Ia baru saja bangun malah. Dan sudah bersiap untuk berangkat sekolah.
Berharap hal-hal menyenangkan akan menghampirinya dan menyapanya hari ini. Lalu
ia akan menjadi orang yang paling bahagia. Hari ini, dan seterusnya.
Pelajaran
macam apa ini, PKN. Mencoba mengetahui hal-hal lebih jauh tentang pemerintahaan
Indonesia. Tidak terlalu penting menurut olivia. Karna cita-citanya
menjadi seorang doket, bukan DPR, MPR, Mentri-menti bahkan Presiden. So, apapun
yang dia pelajari saat ini tidak akan pernah bisa digunakan untuk bekalnya
kelak menjadi seorang dokter.
Hei.
Apa-apaa ini. Bukannya ia berharap kebahagian? Kenapa ia harus merasa disuguhkan
kebosanan? Dimana sisi menyenangkannya? Sial, batinnya. Tiba-tiba ia
mengerutkan kening. Seakan ia merasa terkejut tentang apa yang ada
dipikirannya. Kenapa pagi-pagi begini ia sudah harus bernegative thinking.
Bagaimana ia akan mendapatkan kebahagiaan kalau pagi-pagi begini saja
pikirannya sudah tidak menyenangkan.
“Oliviaaaaaaaaaaaaaaa” tiba-tiba panggil rakka
dengan suara yang tidak terlalu besar tetapi dengan nada yang lumayan panjang
yang membuyarkan lamunan olivia.
“ha?
Apaansih bejat ? berisik tau. Udah tau ada guru” kata olivia
setengah terlonjak. Wajar, ia habis melamun. Entah kemana pikirannya tadi.
Rakka lalu tertawa
kecil. “haha Sorry liv. Heh? Mana guru?
Orang udah keluar juga. Waah abis mikirin apaan sih lo? Mikirin gue ya? Hehe”
kata Rakka
yang sudah tidak keberatan dipanggil bejat sambil senyam senyum. Lebih mirip
orang gila, batin olivia. Lalu olivia ikutan tersenyum.
“ha?
Emang udah gaada ya? Eh rakka? sarah mana? Oiya tadi ngapain manggil?”
Tanya olivia yang setengah kebingungan sambil
menahan senyumnya yang ia rasa mulai terasa semakin melebar. He? Kenapa ini? Apa
yang terjadi padanya? olivia mengerutkan
keningnya sebentar.
“olivvv… olivv…
gue kira tadi lo serius dengerin guru nerangin. Eh malah ngelamun ternyata. sarah tadi… manggil guru kayanya. Tuh si
Bejo dimejanya Ray. sekarang jam berapaa?” Jawab rakka sambil tertawa tertahan.
Yang menyebabkan olivia terdiam sebentar dan berfikir sesuatu.
Eh senyumnya Rakka.
Manis. Manis sekali. Tapi, mengapa tadi ia malah ikut senyum-senyum ya? Ah
apa-apaan ini. Kenapa dia malah memikirkan Rakka.
“wey,
gue nanya tau sama loo….. malah bengong lagi. Mikirin apaansih lo? Gue ya?
Haha” seru Rakka
mengagetkan olivia lagi. Ini cowo apaansih demen banget
mengagetinya, batin olivia. Tapi sepertinya salah.
Bukan. Bukan karna tingkah Rakka yang tadi yang
mengagetinya. Tapi….. Deg. Sial, rasa janggal itu lagi. Ah? Apaansih ini.
Mengganggu saja. Padahal ia sudah tidak mersakannya lagi semenjak beberapa
waktu lalu.
“ha?
Oh jam” jawab olivia setengah terkejut lalu menatap jam
yang terpasang sempurna ditangan olivia “Eeehh lokan tadi
udah nanyain jam? Udah 3 kali malah. Masa mau nanyain jam lagi” lanjut olivia yang baru sadar bahwa ini pertanyaan Rakka
yang diulang-ulang sedari tadi dengan sedikit jengkel.
“hehe
gapapalaah. Abisnya kelas kita gaada jamnya. Jam berapa emangnya?” Tanya Rakka
lagi. Penasaran. Mungkin. Seperti apa yang olivia
rasakan. Penasaran pada rasa janggal itu.
“gamau
ngasih tau ah. Cape tau ngasih tau lo terus………..” Jawab olivia
yang memperlihatkan wajah bosan. Yaiyalah dalam waktu 1 jam ada seseorang yang
menanyakan jam. Sampai 4 kali malah sama yang ini.
“
ah olivvv…. Ayo doong ya? Kasih tau
gue. Sekali lagi deh bener” bujuk Rakka manja. Apa-apaan
cowo ini, batin olivia.
“
ih tetep aja gamau, dari tadi juga ngomongnya kaya gitu “ Jawab olivia yang mencoba tidak memperdulikan
rengekan Rakka.
Sial, kenapa gue harus tersenyum melihat tingkah Rakka
tadi. Benar-benar sudah gila kali, batinnya –lagi dan terus menerus-
Rakka yang kayanya
sangat penasaran dengan apa yang ia Tanya pada olivia.
Tiba-tiba saja ia keluar dari bangkunya. Lalu, Rakka
mengahampiri sisi kanan meja olivia dan terlihat ingin
melakukan sesuatu. olivia diam saja tak
peduli, mungkin cowo itu ingin pergi dan menanyakan hal yang sama pada
teman-teman sekelasnya yang lain. Yang pasti olivia
tak peduli.
Tiba-tiba
ketika olivia sedang membuang pandangannya kearah
buku yang berada di mejanya dan berniat membereskannya dan memasukan buku itu
ke tasnya, namun niatnya itu buyar ketika ia merasa sesuatu yang aneh. DegDeg.
Rasa janggal sialan itu lagi. Tapi kali ini lebih banyak. Lebih cepat. Wajahnya
mulai memanas, namun ia merasa suhu disektiarnya mendingin. Seperti ada sepuluh
atau berapalah kupu-kupu yang sedang mengepak-ngepakan sayapnya diperutnya.
Lalu olivia menyadari bahwa tangannya tengah
tertahan tangan seseorang. Dan ketika ia melihat ternyata tangan Rakka
yang sedang memegang tangannya. Telak. Tepat sekali membuat sesuatu bergejolak
di hati olivia.
Rakka
masih memegang tangan Shilla lalu melihat angka berapa saja yang ada di tangan olivia sambil tertawa tertahan. Belum selesai
ia melihat semua angka. Lalu reflek olivia melepaskannya dengan
cepat. Adapasih dengan fikiran cowo ini. Memegang tangannya hanya untuk melihat
jam. Apakah ia sengaja. Tidak tahu. Karna hanya Rakka
yang tahu.
“Oliv, sorry ya. Gamarah kan?
Gue Cuma mau lihat jam. hehe” Tanya Rakka yang selanjutnya
tersenyum. Senyumnya yang manis. Manis sekali. Benar-benar manis sekali.
“He?
Iya-iya gamarah. Hhh….” Kata olivia dilanjutkan oleh
desahan nafas agak panjang lalu cepat-cepat ia membenahkan ekspresinya yang
sudah kacau tadi gara-gara tingkah Rakka. Salah tingkah
kah olivia? Mungkin bisa dibilang begitu.
Sedangkan
Rakka
sendiri terlihat keep cool tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan bahwa ia
salah tingkah juga sepertinya. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang
tidak sama sekali terasa gatal. Dia sendiri bingung, kenapa tadi ia memegang
tangan olivia. Lalu merasakan hatinya sedikit
bergetar ketika memegang tangan itu. seperti……… setruman cinta. Halah. Apasih
yang sedang cowo ini fikirkan. Tidak mungkinlah apa yang ada difikirannya tadi.
Lalu ia segera kembali ke tempat duduknya. Terlihat sedikit seperti orang
linglung.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar