Minggu, 01 Maret 2015

(Cerita Remaja) Takut jatuh Cinta - Part 1



Ketika kita tahu bahwa semua akan berubah. Kita bisa apa? Kita hanya bisa menantikan perubahan itu. Kita hanya bisa mengikuti kearah mana perubahan itu  berjalan. Ketika sudah terlalu jauh. Baru kita akan menegurnya, tapi dengan begitupun semua takkan bisa kembali seperti semula. Seakan-akan semua telah berlalu, kertas telah menjadi abu, batu telah menjadi pasir. Mau kita lakukan apapun tak akan pernah bisa berubah. Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Don’t forget it.


Waktu terus berjalan. Hari berganti hari dari masa hingga ke masa. Semua hal akan berubah dengan cepat tanpa seorangpun sadari. Pagi ini matahari terasa terik sekali, mungkin ia tau hari ini akan menjadi hari yang berbeda buat seorang perempuan yang tak begitu cantik tapi cukup manis dan juga untuk teman-teman beruntung yang seumuran dengannya. Tapi aku yakin, buat orang-orang lain pasti pada merasa kurang semangat. Hmmm… hari “Senin” yap! aku tahu saat aku sebut hari itu pasti semua akan terpikirkan satu kata, malas. Begitu juga perempuan tadi, dia malas. Tapi hari ini akan menjadi hari bersejarah buatnya. Hari dimana pertama kali ia akan mengenakan seragam putih abu-abu. Yap! Mulai hari ini gadis tadi resmi menjadi murid Sekolah Menengah atas di salah satu sekolah ternama di kawasan Jakarta. Bunga Cendikia Internasional High School namanya.


Hari ini dimulai dengan Upacara pagi seperti sekolah-sekolah lainnya lakukan. Setelah seminggu kemarin ia berusaha susah payah untuk menyelesaikan MOS (Masa Orientasi Sekolah) bersama teman-teman seperjuangannya. Berjuang untuk memulai masa –yang kata orang- indah. masa indah itu yaa saat ia mengenakan seragam putih abu-abu itu saat ini.


Namanya adalah olivia anastasya yang biasa dipanggil oliv atau pia –nama kecil yang hanya untuk orang-orang terdekat-. Anak satu-satunya dari keluarga yang bisa dibilang lebih dari cukup ekonominya.


Upacara selesai, saatnya untuk masuk ke kelas. Memulai aktifitas sebagai murid SMA. Memasuki ruang kelas yang masih terasa asing. Wajar, baru satu Minggu kemarin olivia menempati kelas ini. Duduk di barisan ke tiga dari depan ataupun dari belakang, intinya saat ini posisinya berada ditengah. Di sebelah bangkunya sudah terlihat teman semeja perempuan itu, sarah namanya. Gadis yang bernama lengkap Sarah azahra itu berwajah tirus. Sangat terlihat cocok mengenakan seragam putih abu abu dengan blazer berlambangkan CIHS walau wajahnya terlihat lebih baby face.


Didepan mejanya bersama sarah terlihat dua cowo yang sudah tidak terlalu asing bagi olivia. olivia sudah melihat mereka dari pertama ia masuk ke kelas ini. kelas yang akan menjadi kelasnya sampai waktu satu tahun. Walau olivia belum pernah kenalan dengan mereka –teman laki-lakinya tadi-.


Deg. Ada sesuatu terasa janggal di hati olivia ketika salah satu dari mereka menengok kebelakang, kearahnya dan sarah. Dia tersenyum, lalu kembali menghadap depan.


Hari ini dimulai dengan pelajaran B. Indonesia. Biasa, hanya perkenalan –yang kurang penting menurut perempuan manis itu- lalu sebelum bel pelajaran berakhir guru itu sudah menginggalkan kelas. Mungkin ia masih belum ingin memulai pelajaran. Syukur deh, batinnya.


“eheh nama lo siapa sih?” Tanya sarah pada salah satu teman cowo olivia yang berada didepannya, bukan. Bukan pada cowo yang tadi melemparkan senyum. Tapi pada teman disebelahnya.

“gue ? siapa? Emang mau tau banget yaa?” kata cowo itu nyolot tapi penuh nada bercanda.

“dih gaya banget” sergah olivia tiba-tiba. Entah reflek atau apa. Tiba-tiba ia ingin ikut saja berbicara dengan mereka berdua.

“dia? Nih buku tulisnya. Baca aja namanya” kata teman sebelahnya menyambar. Yap! Tepat. Dia cowo yang tadi melemparkan senyumnya pada oliviasarah jugasih sebenarnya-

 Sarah lalu segera mengambil buku tulis itu. tapi ternyata ia kurang cepat. Buku itu sudah berada di tangan empunya nya. sarah mendesah rada kencang “hhh… yaudah kalo gamau ngasih tau. Just question! And I not need your answer” kata sarah.

“yeeeh Bejo lo parah deh baru masuk udah bikin orang marah. Cewe lagi” kata teman cowo disebelahnya.

olivia secara reflek melongo lalu tertawa kecil. “ha? Namanya Bejo? Buseet….HAHAHA” Kata olivia dangan teramat polos. Lalu tiba-tiba tawanya tiba-tiba meledak.

“dih ya Enggalaah. Nama gue tuh Debo bukan bejo. Ah lo kka” kata si empunya nama protes pada teman disebelahnya. Kka? Siapa namanya? Aduuh kenapa inii. Kenapa gue jadi begini, kenapa gue jadi penasaran sama sosok cowo itu, batin olivia.

“Yehahaha bodo, lagian lo gitu. Orang nanya nama aja gadikasih tau” kata cowo itu telak. Debo menyerah mengakui kesalahannya.

“Gue sarah. Dan ini sahabat gue olivia” kata sarah singkat.

“hai sar, hai liv. Gue rakka” kata cowo yang tadi membuat olivia penasaran. Oooo Rakka namanya, nama yang cukup asing ditelinganya, Batin olivia –lagi-.

Tanpa olivia sadar ia malah senyum-senyum sendiri. Entahlah, apa maksud senyumnya. Yang pasti senyum itu cukup membuat sarah rakka dan Debo bingung.

Piaa, lo kenapa dah? Senyam senyum sendiri. Obat lo abiss? Ha?” Tanya sarah sambil menyenggol lengan olivia.

Sontak membuat olivia terhenyak, lalu kembali tersadar. “ha? Apaandeh? Obat? Obat apaan? Lo sakit sar?” kata olivia yg bingung sendiri. Benar ternyata tadi olivia sedang bengong dan yang pasti ia sedang memikirkan sesuatu. Yang sarah tidak tahu. Dan tidak mencoba untuk tahu.


*


Saat hati terketuk, dan mengijinkannya masuk. Tanpa kau sadari, kau telah menguncinya rapat-rapat . Tak akan membiarkan orang lain masuk dan menyingkirkannya, bahkan tak akan ada yang  mampu membuatnya keluar dan berpindah ke hati lain.


keesokan harinya.

“yaudah sih nyantai aja kali” jawab rakka –sedikit- kesal tetapi dengan nada bercanda pada saat jam pelajaran kedua berlangsung. Kita sudah akrab. Karna kemarin kita mengobrol sangat panjang “oiya kemaren gue denger-denger sarah manggil olivia ko pia ?” Tanya rakka yang malah membuat  obrolan mereka makin seru dan gamerhatiin guru  yang nerangin. olivia sendiri sih tak peduli apa yang diomongin mereka. Ia lebih memilih untuk mendengarkan penjelasan guru didepan.

“emang rakka mau tau banget ? haha” jawab sarah sambil cengengesan tidak jelas.

“apaansih sarah.. gue gangomong sama lo yaa gue ngomongnya sama olivia” jawab rakka –rada- jengkel dengan jawaban sarah. Lalu menunjuk kearah gadis yang berusaha tidak peduli dan mendengarkan guru yg menerangkan.

“eh apaan nunjuk-nunjuk? pia? Oh itumah nama panggilan gue pas kecil, hmm tapi gue pengen sampe SD aja dipanggil gitu. Karna sekarang gue bukan anak kecil. Lagi pula nama pia itu terlalu menyimpan banyak kenangan…”  jelas olivia yang merasa bahwa rakka dan sarah sedang mengobroli dirinya dan nama panggilan kecilnya kepada rakka dan ia terlihat menunduk kebawah ketika mengucapkan kalimat terakhirnya lalu ia kembali memerhatikan guru didepan yang sedang mejelaskan.


Yap. Memang guru Agama ini rada aneh menurut olivia. Di hari pertamanya beliau sudah mengajar. Setelah beliau berkenalan sedikit beliau langsung memberikan materi. Membosankan, batin olivia.

“oh gituu. Kenapa dipanggilnya pia ? kenapa ngga oliv ? atau anas mungkin. jangan jangan deh mending tasya? Kenapa harus pia gaada nyambungnya sama nama panjang lo ? kenapa coba ?” Tanya rakka panjang lebar yang malah ngebuat sarah Debo diem ngeliatin rakka yang dari tadi heboh sendiri padahal mereka tau olivia juga tak akan peduli “eheh liatinnya pada biasa aja dong. Sorry kali kalo tadi gue terlalu heboh hehe” lanjut rakka yang sadar bahwa dari tadi sarah dan debo malah diem mendengerkan dia yang dari tadi ngomong tidak ada jeda sedikit pun.

“haha rakka rakka lo itu cowo tapi kaya cewe yaa mulutnya” kata Debo yang dari diem aja dan ngebuat mereka tertawa kecil. Tidak terkecuali olivia. Yang malah ikutan mengobrol dengan teman barunya –kecuali sarah, karna sarah sahabat lamanya-

“eh kka. Kata lo kaan nama dia Bejo ya kemaren? Haha berarti elooo BEJAT! Yep. Haha gimana?”  Tanya olivia yang membuat Debo tertawa agak keras namun terdengar ditahan. Iyalah, gila kali kalo dia berani tertawa keras saat ada guru mengajar.

“yeeehh enaak ajaa” kata rakka mengelak. Tapi ternyata sarah dan Debo malah setuju kalau rakka dipanggil bejat. Mmm.. mungkin memang rada aneh terdengar. Bejat? Ha? Itukan kata lain untuk orang yang jahat. Tapi olivia tak peduli, dan ia malah merasa senang memberi nama itu pada rakka.

“lo punya Facebook?” Tanya sarah pada rakka dan Debo.

“punya. Namanya search aja rakka sayang …..” katanya terputus. “eh cari itu ajadeh” lanjutnya

“ciyeee sayang siapa tuh?” ledek olivia. Deg. Apa-apaan ini. Rasa janggal itu terasa lagi sekarang. Tapi olivia mengabaikannya. Masa  bodo nanti juga hilang sendiri, batinnya mencoba tak peduli. Padahal tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat peduli.


*


Tak akan pernah ada yang dapat merubah aku dan kamu, kecuali kita.


Hari berganti hari. Setiap harinya ia merasakan sensasi yang berbeda-beda yang belum pernah ia alami pastinya. Semakin lama semakin menyenangkan, fikir olivia. Tak terasa bahwa sudah hampir satu bulan ia menjadi murid sekolah berseragam putih abu abu itu.olivia sempat berfikir sejenak. Akankah selama ia menjadi murid Sekolah Menengah Atas ia akan terus merasa senang? Semoga saja.


Awal yang tidak terlalu buruk ini membuat olivia terlena. Membuat ia bangga menjadi anak SMA. Tanpa ia sadari bahwa akan banyak hal lain yang akan terjadi. You-know-lah. Masa SMA itu seperti apa. Yap. Masa dimana saat seseorang akan tumbuh menjadi dewasa. Rasa keingin tahuan yang besar. Bukan. Bukan hal yang buruk.  Tapi, tentang C-I-N-T-A. yang pasti dirasakan oleh setiap anak yang akan bertumbuh dewasa. Tapi dengan cara penyampaian yang berbeda pastinya dari setiap muda-mudi tersebut.


*


Jangan pernah terkejut ketika kau merasakan rasa itu ada. kau yang membiarkan ia masuk. lalu kau juga yang menguncinya rapat-rapat.


Dan benar saja. Hari ini adalah awal mula mimpi buruk itu terjadi. Tentu saja olivia tak kan sadar. Secara ia sedang tidak tertidur. Ia baru saja bangun malah. Dan sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Berharap hal-hal menyenangkan akan menghampirinya dan menyapanya hari ini. Lalu ia akan menjadi orang yang paling bahagia. Hari ini, dan seterusnya.


Pelajaran macam apa ini, PKN. Mencoba mengetahui hal-hal lebih jauh tentang pemerintahaan Indonesia. Tidak terlalu penting menurut olivia. Karna cita-citanya menjadi seorang doket, bukan DPR, MPR, Mentri-menti bahkan Presiden. So, apapun yang dia pelajari saat ini tidak akan pernah bisa digunakan untuk bekalnya kelak menjadi seorang dokter.


Hei. Apa-apaa ini. Bukannya ia berharap kebahagian? Kenapa ia harus merasa disuguhkan kebosanan? Dimana sisi menyenangkannya? Sial, batinnya. Tiba-tiba ia mengerutkan kening. Seakan ia merasa terkejut tentang apa yang ada dipikirannya. Kenapa pagi-pagi begini ia sudah harus bernegative thinking. Bagaimana ia akan mendapatkan kebahagiaan kalau pagi-pagi begini saja pikirannya sudah tidak menyenangkan.


Oliviaaaaaaaaaaaaaaa” tiba-tiba panggil rakka dengan suara yang tidak terlalu besar tetapi dengan nada yang lumayan panjang yang membuyarkan lamunan olivia.


“ha? Apaansih bejat ? berisik tau. Udah tau ada guru” kata olivia setengah terlonjak. Wajar, ia habis melamun. Entah kemana pikirannya tadi.


Rakka lalu tertawa kecil. “haha Sorry liv. Heh? Mana guru? Orang udah keluar juga. Waah abis mikirin apaan sih lo? Mikirin gue ya? Hehe” kata Rakka yang sudah tidak keberatan dipanggil bejat sambil senyam senyum. Lebih mirip orang gila, batin olivia. Lalu olivia ikutan tersenyum.


“ha? Emang udah gaada ya? Eh rakka? sarah mana? Oiya tadi ngapain manggil?” Tanya olivia yang setengah kebingungan sambil menahan senyumnya yang ia rasa mulai terasa semakin melebar. He? Kenapa ini? Apa yang terjadi padanya? olivia mengerutkan keningnya sebentar.


olivvvolivv… gue kira tadi lo serius dengerin guru nerangin. Eh malah ngelamun ternyata. sarah tadi… manggil guru kayanya. Tuh si Bejo dimejanya Ray. sekarang jam berapaa?” Jawab rakka sambil tertawa tertahan. Yang menyebabkan olivia terdiam sebentar dan berfikir sesuatu. Eh senyumnya Rakka. Manis. Manis sekali. Tapi, mengapa tadi ia malah ikut senyum-senyum ya? Ah apa-apaan ini. Kenapa dia malah memikirkan Rakka.


“wey, gue nanya tau sama loo….. malah bengong lagi. Mikirin apaansih lo? Gue ya? Haha” seru Rakka mengagetkan olivia lagi. Ini cowo apaansih demen banget mengagetinya, batin olivia. Tapi sepertinya salah. Bukan. Bukan karna tingkah Rakka yang tadi yang mengagetinya. Tapi….. Deg. Sial, rasa janggal itu lagi. Ah? Apaansih ini. Mengganggu saja. Padahal ia sudah tidak mersakannya lagi semenjak beberapa waktu lalu.

 “ha? Oh jam” jawab olivia setengah terkejut lalu menatap jam yang terpasang sempurna ditangan olivia “Eeehh lokan tadi udah nanyain jam? Udah 3 kali malah. Masa mau nanyain jam lagi” lanjut olivia yang baru sadar bahwa ini pertanyaan Rakka yang diulang-ulang sedari tadi dengan sedikit jengkel.

“hehe gapapalaah. Abisnya kelas kita gaada jamnya. Jam berapa emangnya?” Tanya Rakka lagi. Penasaran. Mungkin. Seperti apa yang olivia rasakan. Penasaran pada rasa janggal itu.

“gamau ngasih tau ah. Cape tau ngasih tau lo terus………..” Jawab olivia yang memperlihatkan wajah bosan. Yaiyalah dalam waktu 1 jam ada seseorang yang menanyakan jam. Sampai 4 kali malah sama yang ini.

“ ah olivvv…. Ayo doong ya? Kasih tau gue. Sekali lagi deh bener” bujuk Rakka manja. Apa-apaan cowo ini, batin olivia.

“ ih tetep aja gamau, dari tadi juga ngomongnya kaya gitu “ Jawab olivia yang mencoba tidak memperdulikan rengekan Rakka. Sial, kenapa gue harus tersenyum melihat tingkah Rakka tadi. Benar-benar sudah gila kali, batinnya –lagi dan terus menerus-


Rakka yang kayanya sangat penasaran dengan apa yang ia Tanya pada olivia. Tiba-tiba saja ia keluar dari bangkunya. Lalu, Rakka mengahampiri sisi kanan meja olivia dan terlihat ingin melakukan sesuatu. olivia diam saja tak peduli, mungkin cowo itu ingin pergi dan menanyakan hal yang sama pada teman-teman sekelasnya yang lain. Yang pasti olivia tak peduli.


Tiba-tiba ketika olivia sedang membuang pandangannya kearah buku yang berada di mejanya dan berniat membereskannya dan memasukan buku itu ke tasnya, namun niatnya itu buyar ketika ia merasa sesuatu yang aneh. DegDeg. Rasa janggal sialan itu lagi. Tapi kali ini lebih banyak. Lebih cepat. Wajahnya mulai memanas, namun ia merasa suhu disektiarnya mendingin. Seperti ada sepuluh atau berapalah kupu-kupu yang sedang mengepak-ngepakan sayapnya diperutnya. Lalu olivia menyadari bahwa tangannya tengah tertahan tangan seseorang. Dan ketika ia melihat ternyata tangan Rakka yang sedang memegang tangannya. Telak. Tepat sekali membuat sesuatu bergejolak di hati olivia.


 Rakka masih memegang tangan Shilla lalu melihat angka berapa saja yang ada di tangan olivia sambil tertawa tertahan. Belum selesai ia melihat semua angka. Lalu reflek olivia melepaskannya dengan cepat. Adapasih dengan fikiran cowo ini. Memegang tangannya hanya untuk melihat jam. Apakah ia sengaja. Tidak tahu. Karna hanya Rakka yang tahu.

Oliv, sorry ya. Gamarah kan? Gue Cuma mau lihat jam. hehe” Tanya Rakka yang selanjutnya tersenyum. Senyumnya yang manis. Manis sekali. Benar-benar manis sekali.

“He? Iya-iya gamarah. Hhh….” Kata olivia dilanjutkan oleh desahan nafas agak panjang lalu cepat-cepat ia membenahkan ekspresinya yang sudah kacau tadi gara-gara tingkah Rakka. Salah tingkah kah olivia? Mungkin bisa dibilang begitu.


Sedangkan Rakka sendiri terlihat keep cool tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan bahwa ia salah tingkah juga sepertinya. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak sama sekali terasa gatal. Dia sendiri bingung, kenapa tadi ia memegang tangan olivia. Lalu merasakan hatinya sedikit bergetar ketika memegang tangan itu. seperti……… setruman cinta. Halah. Apasih yang sedang cowo ini fikirkan. Tidak mungkinlah apa yang ada difikirannya tadi. Lalu ia segera kembali ke tempat duduknya. Terlihat sedikit seperti orang linglung.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar